Daftar Blog Yayasan Darul Iman

SELAMAT DATANG DI BLOG YAYASAN DARUL IMAN SARIPULO

SELAMAT DATANG DI BLOG YAYASAN DARUL IMAN
SARIPULO

Minggu, 05 Februari 2012


Hakikat dan Tingkatan Jujur
posted by: ilman falahudin
        Lafazh shiddiq dugunakan dalam enam makna : jujur dalam perkataan, jujur dalam niat dan keinginan, jujur dalam hasrat (azm), jujur dalam memenuhi hasrat, jujur dalam perbuatan, dan jujur dalam merealisasikan semua maqam agama. Seorang yang berlaku jujur pada keenam hal di atas disebut shiddiq (orang yang sangat jujur). Tingkatan jujur tersebut berlainan tingkatannya pada setiap orang.
        Pertama, jujur dalam perkataan. Kejujuran dalam perkataan dapat diketahui ketika ia memberikan suatu berita, baik yang berkaitan dengan peristiwa masa lalu maupun yang akan datang. Selain itu, juga ketika menepati janjinya dan tidak melakukan sumpah palsu. Dalam hal ini, setiap orang berkewajiban untuk menjaga lidahnya selain mengatakan yang benar. Barangsiapa yang menjaga lidah dari perkataan bohong ketika memberikan kabar atau berbicara, maka ia disebut sebagai orang yang jujur (shiddiq).
        Kedua, jujur dalam niat dan keinginan. Hal ini berkaitann dengan masalah ikhlas, yaitu setiap perbuatan dan ibadah yang dilakukan semata-mata karena Allah. Akan tetapi, ketika perbuatannya dinodai dengan keinginan selain Allah, maka ia disebut pembohong (kadzib).
        Ketiga, jujur dalam hasrat (‘azm). Terkadang sebelum melakukan pekerjaan, timbul hasrat deri seseorang. “Apabila Allah memberikan rezeki kepadaku, maka aku akan menyedekahkan seluruhnya (atau sebagiannya).” Atau hasrat seseorang, “Apabila aku berjumpa dengan musuh di medan peperangan, maka aku akan membunuhnya tanpa takut diriku terbunuh.” Atau, “Apabila aku diberi kedudukan, maka aku akan berlaku jujur dan tidak akan melakukan perbuatan semena-mena dan kezaliman kepada rakyatku.” Hal ini merupakan ungkapan dari hasrat seseorang yang terkadang didukung oleh kejujuran (shidq).
        Keempat, jujur dalam memenuhi hasratnya tersebut. Terkadang, seseorang mudah mengungkapkan hasrat dan keinginannya karena tidaklah berat untuk mengungkapkan hasrat dan keinginan. Akan tetapi untuk merealisasikannya cukuplah berat, diperlukan kemampuan dan keinginan yang kuat agar hasrat itu dapat terwujud dengan benar (shidq). Sebagaimana Allah berfirman;
    
“Di antara orang-orang mukmin itu ada orang-orang yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Allah; Maka di antara mereka ada yang gugur. dan di antara mereka ada (pula) yang menunggu- nunggu dan mereka tidak merobah (janjinya).” (Al-Ahdzab: 23)
 
         Kelima, jujur dalam perbuatan. Bersungguh-sungguh dalam mengerjakan sesuatu sesuai dengan apa yang ada di dalam hatinya. Hatinya harus mendorong anggota tubuh untuk melakukan apa yang diinginkan oleh hati. Jujur dalam perbuatan bertentangan dengan pelaku riya, di mana orang yang riya menampakkan baik secara zhahir tapi hatinya tidak baik. Ketika melakukan shalat, ia terlihat khusyu akan tetapi hatinya mengikuti hawa nafsunya. Orang seperti ini tidak jujur dalam perbuatannya, meskipun ia tidak ada keinginan untuk pamer dan mencari simpati orang lain.
         Maka, seseorang yang perbuatannya tidak sesuai dengan kata hatinya, dengan penuh kesadaran dan sengaja, maka disebut riya dan tidak sampai mencapai ikhlas, sedangkan apabila tidak disengaja, maka ia tidak mencapai tingkat shiddiq. Jadi, keserasian antara perbuatan dengan hatinya merupakan salah satu makna shiddiq.
         Keenam, ini merupakan derajat yang paling tinggi dan mulia yaitu shiddiq atas maqam-maqam agama, misalnya adalah jujur dalam rasa takut (khauf), jujur dalam penuh pengharapan (raja’), jujur dalam memuliakan Allah (ta’zhim), jujur dalam ridha atas ketentuan Allah, jujur dalam tawakkal, jujur dalam mencintai Allah, dan jujur dalam segala perkara. Allah berfirman;

“ Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu hanyalah orang-orang yang percaya (beriman) kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjuang (berjihad) dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah. mereka Itulah orang-orang yang benar.” (Al-Hujurat: 15)
 Derajat shiddiq tidak ada batasnya, terkadang seseorang jujur dalam satu hal tapi tidak dalam hal lain, dan bagi yang mampu berlaku jujur dalam semuanya disebut orang yang sangat jujur (shiddiq). Maka seluruhnya dapat terlaksana, dengan berusaha untuk jujur dalam segala hal, untuk mencapai keridhoan Allah di dunia dan di akhirat kelak.
 
referensi : Tazkiyatun Nafs


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Billinsijami wal ma`iyyati nabtagi mardlotillah