Hakikat dan Tingkatan Jujur
posted by: ilman falahudin
Lafazh
shiddiq dugunakan dalam enam makna : jujur dalam perkataan, jujur dalam niat
dan keinginan, jujur dalam hasrat (azm), jujur dalam memenuhi hasrat, jujur
dalam perbuatan, dan jujur dalam merealisasikan semua maqam agama. Seorang yang
berlaku jujur pada keenam hal di atas disebut shiddiq (orang yang sangat
jujur). Tingkatan jujur tersebut berlainan tingkatannya pada setiap orang.
Pertama, jujur dalam perkataan. Kejujuran dalam
perkataan dapat diketahui ketika ia memberikan suatu berita, baik yang
berkaitan dengan peristiwa masa lalu maupun yang akan datang. Selain itu, juga
ketika menepati janjinya dan tidak melakukan sumpah palsu. Dalam hal ini,
setiap orang berkewajiban untuk menjaga lidahnya selain mengatakan yang benar.
Barangsiapa yang menjaga lidah dari perkataan bohong ketika memberikan kabar
atau berbicara, maka ia disebut sebagai orang yang jujur (shiddiq).
Kedua, jujur dalam niat dan keinginan. Hal ini
berkaitann dengan masalah ikhlas, yaitu setiap perbuatan dan ibadah yang
dilakukan semata-mata karena Allah. Akan tetapi, ketika perbuatannya dinodai
dengan keinginan selain Allah, maka ia disebut pembohong (kadzib).
Ketiga, jujur dalam hasrat (‘azm). Terkadang
sebelum melakukan pekerjaan, timbul hasrat deri seseorang. “Apabila Allah
memberikan rezeki kepadaku, maka aku akan menyedekahkan seluruhnya (atau
sebagiannya).” Atau hasrat seseorang, “Apabila aku berjumpa dengan musuh di
medan peperangan, maka aku akan membunuhnya tanpa takut diriku terbunuh.” Atau,
“Apabila aku diberi kedudukan, maka aku akan berlaku jujur dan tidak akan
melakukan perbuatan semena-mena dan kezaliman kepada rakyatku.” Hal ini
merupakan ungkapan dari hasrat seseorang yang terkadang didukung oleh kejujuran
(shidq).
Keempat, jujur dalam memenuhi hasratnya tersebut.
Terkadang, seseorang mudah mengungkapkan hasrat dan keinginannya karena
tidaklah berat untuk mengungkapkan hasrat dan keinginan. Akan tetapi untuk
merealisasikannya cukuplah berat, diperlukan kemampuan dan keinginan yang kuat
agar hasrat itu dapat terwujud dengan benar (shidq). Sebagaimana Allah
berfirman;
“Di antara orang-orang mukmin itu ada orang-orang yang menepati apa yang
telah mereka janjikan kepada Allah; Maka di antara mereka ada yang gugur. dan
di antara mereka ada (pula) yang menunggu- nunggu dan mereka tidak merobah
(janjinya).” (Al-Ahdzab: 23)
Kelima, jujur dalam perbuatan.
Bersungguh-sungguh dalam mengerjakan sesuatu sesuai dengan apa yang ada di
dalam hatinya. Hatinya harus mendorong anggota tubuh untuk melakukan apa yang
diinginkan oleh hati. Jujur dalam perbuatan bertentangan dengan pelaku riya, di
mana orang yang riya menampakkan baik secara zhahir tapi hatinya tidak baik. Ketika
melakukan shalat, ia terlihat khusyu akan tetapi hatinya mengikuti hawa
nafsunya. Orang seperti ini tidak jujur dalam perbuatannya, meskipun ia tidak
ada keinginan untuk pamer dan mencari simpati orang lain.
Maka, seseorang yang perbuatannya tidak
sesuai dengan kata hatinya, dengan penuh kesadaran dan sengaja, maka disebut
riya dan tidak sampai mencapai ikhlas, sedangkan apabila tidak disengaja, maka
ia tidak mencapai tingkat shiddiq. Jadi, keserasian antara perbuatan dengan
hatinya merupakan salah satu makna shiddiq.
Keenam, ini merupakan derajat yang paling
tinggi dan mulia yaitu shiddiq atas maqam-maqam agama, misalnya adalah jujur
dalam rasa takut (khauf), jujur dalam penuh pengharapan (raja’), jujur dalam
memuliakan Allah (ta’zhim), jujur dalam ridha atas ketentuan Allah, jujur dalam
tawakkal, jujur dalam mencintai Allah, dan jujur dalam segala perkara. Allah
berfirman;
“ Sesungguhnya orang-orang yang
beriman itu hanyalah orang-orang yang percaya (beriman) kepada Allah dan
Rasul-Nya, kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjuang (berjihad)
dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah. mereka Itulah orang-orang yang
benar.” (Al-Hujurat: 15)
Derajat shiddiq tidak ada
batasnya, terkadang seseorang jujur dalam satu hal tapi tidak dalam hal lain,
dan bagi yang mampu berlaku jujur dalam semuanya disebut orang yang sangat
jujur (shiddiq). Maka seluruhnya dapat terlaksana, dengan berusaha untuk jujur
dalam segala hal, untuk mencapai keridhoan Allah di dunia dan di akhirat kelak.
referensi : Tazkiyatun Nafs
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Billinsijami wal ma`iyyati nabtagi mardlotillah